Wednesday, November 28, 2007

Belajar Daripada Kepijakan Miqdad bin Amr

Belajar dari Kepahlawanan Miqdad Bin Amir

http://kaderisasi.pks.or.id/ -

Ia dikenal sebagai pelopor barisan berkuda dan ahli filsafat. Ketika membicarakan dirinya, para sahabat dan teman sejawatnya berkata, “Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang sabil adallah Miqdad ibnul Aswad.”

Dan Miqdad ibnul Aswad yang mereka maksudkan itu adalah tokoh kita Miqdad bin ‘Amr ini. Di masa jahiliyah ia menyetujui dan membuat perjanjian untuk diambil oleh Al-Aswad ‘Abdi Yaghuts sebagai anak sehingga namanya berubah menjadi Miqdad ibnul Aswad. Tetapi setelah turunnya ayat mulia yang merangkaikan nama anak angkat dengan nama ayah angkatnya dan mengharuskan merangkaikannya dengan nama ayah kandungnya, maka namanya kembali dihubungkan dengan nama ayahnya yaitu ‘Amr bin Sa’ad.

Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yang pertama masuk Islam, dan orang ketujuh yang menyatakan keislamannya secara terbuka dengan terus terang, dan menanggungkan penderitaan dari amarah murka dan kekejaman Quraisy yang dihadapinya dengan kejantanan para ksatria dan keperwiraan kaum Hawari!

Perjuangannya di medan Perang Badar tetap akan jadi tugu peringatan yang selalu semarak takkan pudar. Perjuangan yang mengantarkannya kepada suatu kedudukan puncak, yang dicita dan diangan-angankan oleh seseorang untuk menjadi miliknya.
Berkatalah Abdullah bin Masy’ud yakni seorang sahabat Rasulullah SAW, “Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad, sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini….”

Pada hari yang bermula dengan kesuraman itu, yakni ketika Quraisy datang dengan kekuatannya yang dahsyat, dengan semangat dan tekad yang bergelora, dengan kesombongan dan keangkuhan mereka, pada hari itu kaum Muslimin masih sedikit yang sebelumnya tak pernah mengalami peperangan untuk mempertahankan Islam, dan inilah peperangan pertama yang mereka terjuni.

Sementara Rasulullah menguji keimanan para pengikutnya dan meneliti persiapan mereka untuk menghadapi tentara musuh yang datang menyerang, baik pasukan pejalan kaki maupun angkatan berkudanya. Para sahabat dibawanya bermusyawarah; dan mereka mengetahui bahwa jika beliau meminta buah pikiran dan pendapat mereka, maka hal itu dimaksudnya secara bersungguh-sungguh. Artinya dari setiap mereka dimintanya pendirian dan pendapat yang sebenarnya, hingga bila ada di antara mereka yang berpendapat lain yang berbeda dengan pendapat umum, maka ia tak usah takut atau akan mendapat penyesalan.
Miqdad khawatir kalau ada di antara Kaum Muslimin yang terlalu berhati-hati terhadap perang. Dari itu sebelum ada yang angkat bicara, Miqdad ingin mendahului mereka, agar dengan kalimat-kalimat yang tegas dapat menyalakan perjuangan dan turut mengambil bagian dalam membentuk pendapat umum.

Tetapi sebelum ia menggerakan kedua bibirnya, Abu Bakar Shiddiq r.a. telah mulai bicara, dan baik sekali buah pembicaraannya itu, hingga hati Miqdad menjadi tenteram karenanya. Setelah itu Umar bin Khatthab r.a. menyusul bicara, dan buah pembicaraannya juga baik.
Maka tampillah Miqdad, katanya, “Ya Rasulullah, teruskanlah laksanakan apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersama anda….! Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa,’Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini. Tetapi kami akan mengatakan kepada anda, ‘Pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di sampig anda….!’ Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran! Seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama anda dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kiri anda, di bagian depan dan di bagian belakang anda, sampai Allah memberi anda kemenangan….!”

Kata-katanya itu mengalir tak ubahnya bagai anak panah yang lepas dari busurnya. Dan wajah Rasulullah yang berseri-seri karenanya, sementara mulutnya komat-kamit mengucapkan do’a yang baik untuk Miqdad. Serta dari kata-kata tegas yang dilepasnya itu mengalirlah semangat kepahlawanan dalam kumpulan yang baik dari orang-orang beriman, bahkan dengan kekuatan dan ketegasannya, kata-kata itu pun menjadi contoh teladan bagi siapa yang ingin bicara, menjadi semboyan dalam perjuangan….!

Sungguh, kalimat-kalimat yang diucapkan Miqdad bin ‘Amr itu mencapai sasarannya di hati orang-orang Mu’min, hingga Sa’ad dan Mu’adz pemimpin kaum Anshar bangkit berdiri, katanya:

“Wahai Rasulullah, sungguh, kami telah beriman kepada anda dan membenarkan anda, dan kami saksikan bahwa apa yang anda bawa itu adalah benar…., serta untuk itu kami telah ikatkan janji dan padukan kesetiaan kami! Maka majulah wahai Rasulullah laksanakan apa yang anda kehendaki, dan kami akan selalu bersama anda….! Dan demi yang mengutus anda membawa kebenaran, sekiranya anda membawa kami menerjuni dan mengarungi lautan ini, akan kami terjuni dan arungi, tidak seorang pun di antara kami yang akan mundur untuk menghadapi musuh….! Sungguh, kami akan tabah dalam peperangan, teguh dalam menghadapi musuh, dan moga-moga Allah akan memperlihatkan kepada anda perbuatan kami yang berkenan di hati anda….! Nah, kerahkanlah kami dengan berkat dari Allah….!”
Maka hati Rasulullah pun penuhlah dengan kegembiraan, lalu sabdanya kepada sahabat-sahabatnya:“Berangkatlah dan besarkanlah hati kalian….!”

Dan kedua pasukan pun berhadapanlah….Anggota pasukan Kaum Muslimin yang berkuda ketika itu jumlahnya tidak lebih dari tiga orang, yaitu Miqdad bin ‘Amr, Martsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awwam; sementara pejuang-pejuang lainnya terdiri atas pasukan pejalan kaki atau pengendara-pengendara unta.

Ucapan Miqdad yang kita kemukakan tadi, tidak saja menggambarkan keperwiraannya semata, tetapi juga melukiskan logikanya yang tepat dan pemikiran yang dalam… Demikianlah sifat miqdad….

Ia adalah seoarang filosof dan ahli pikir. Hikmat dan filsafatnya tidak saja terkesan pada ucapan semata, tapi terutama pada prinsip-prinsip hidup yang kukuh dan perjalanan hidup yang teguh tulus dan lurus, sementara pengalaman-pengalamannya menjadi sumber bagi pemikiran dan menunjang bagi filsafat itu.

Pada suatu hari ia diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai amir disuatu daerah. Tatakla ia kemabli dari tugasnya, Nabi bertanya, “Bagaimanakah pendapatmu menjadi amir?” maka denagan penuh kejujuran dijawabnya: “Anda telah menjadikan daku menganggap diri diatas semua manusia sedang mereka semua di bawahku… Demi yang telah mengutus anda membawa kebenaran, semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya…..!”
Seorang laki-laki yang tak hendak tertipu oleh dirinya, tak hendak terperdaya oleh kelemahannya….!

Dipegangnya jabatan sebagai amir, hingga dirinya diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan meolak untuk menjadi amir lagi setelah pengalaman pahit itu. Kemudian ternyata bahwa ia menepati janji dan sumpahnya itu, hingga semenjak itu ia tak pernah menerima jabatan amir…!
Miqdad selalu mendendangkan hadits yang didenganrnya dari Rasulullah SAW: yakni, “Orang yang berbahagia, ialah orang yang dijauhkan dari fitnah…..!”

Oleh karena jabatan sebagai amir itu dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan atau hampir menimbulkan fitnah bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya, ialah menajuhinya.

Diantara madhar atau manifestasi filsafatnya ialah tidak tergesa-gesa dan sangat hati-hati menjatuhkan putusan atas seseorang. Dan ini juga dipelajarinya dari Rasulullah SAW yang telah menyampaikan kepada ummatnya: “Bahwa hati manusia lebih cepat isi periuk dikala menggelegak…”

Miqdad sering menangguhkan penilaian terakhir terhadap seseorang sampai dekat saat kemtian mereka. Tujuannya ialah agar orang yang akan dinilainya tidak beroleh atau mengalami hal yang baru lagi……perubahan atau hal baru apkah lagi setelah maut…?
Dalam percakapan yang disampaikan kepada kita oleh salah seorang sahabat dan teman sejawatnya seperti dibawah ini, filsafatnya itu menonjol sebagai suatu renungan yang amat dalam, katanya: “Pada suatu hari kami pergi duduk-duduk ke dekat miqdad. Tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki, dan katanya keapda Miqdad: “Sungguh berbahagialah kedua mata ini yang telah melihat Rasulullah SAW! Demi Allah, andainya kami dapat melihat apa yang engkau lihat, dan menyksikan apa yang anda saksikan…!”

Miqdad pergi menghampirinya, katanya, “Apa yang mendoorng kalian unutk ingin menyaksikan peristiwa yang disembunyikan Allah dari penglihatan kalian, padahal kalian tidak tahu apa akibatanya bila sempat menyaksikannya?
Demi Allah, bukankah dimasa Rasulullah SAW banyak orang yang ditelungkupkan Allah mukanya keneraka jahanam…!

Kenapa kalian tidak mengucapkan puji keapda Allah yang menghindarkan kalian dari malapetaka seperti yang menimpa mereka itu, dan menjadikan kalian orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi kalian!”
Suatu hikmah…! Dan hikmah yang bagaimana lagi…? Tidak seoarangpun yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang anda temuai, kecuali ia menginginkan dapat hidup dimasa Rasulullah dan beroleh kesemaptan untuk melihatnya!

Tetapi penglihatan Miqdad yang tajam dan dalam, dapat menembus barang ghaib yang tidak terjangkau dibalik cita-cita dan keinginan itu. Bukankah tidak mustahil orang yang menginginkan hidup pada masa-masa tersebut akan menjadi salah seorang penduduk neraka? Bukankah tidak mustahil ia akan jatuh kafir bersama orang-orang kafir lainnya…? Maka tidakkah ia lebih baik memuji Allah yang telah menghidupkannya dimasa-masa yang telah tercapainya kemantapan bagi Islam, hingga ia dapat menganutnya secara mudah dan bersih….?
Demikianlah pandangan Miqdad, memancarkan hikmah dan filsafat… dan seperti demikian pula pada setiap tindakan, pengalaman dan ucapannya, ia adalah seorang filosof dan pemikir ulung.
Pada suatu ketika ia keluar bersama rombongan tentara yang sewaktu-waktu dapat dikepung oleh musuh. Komandan mengeluarkan perintah agar tidak seorang pun mengembalakan hewan tunggangannya.

Tetapi salah seorang anggota pasukan tidak mengetahui larangan tersebut hingga melanggarnya; dan akibatnya ia menerima hukuman yang rupanya lebih besar daripada yang seharusnya, atau mungkin tidak usah sama sekali.


Miqdad lewat di depan hukuman tersebut yang sedang menangis berteriak-teriak. Ketika ditanyainya ia mengisahkan apa yang telah terjadi. Miqdad meraih tangan orang itu, dibawanya kehadapan amir atau komandan, lalu dibicarakan dengannya keadaan bawahannya itu, hingga akhirnya terungkaplah kesalahan dan kekeliruan amir itu. Maka kata Miqdad kepadanya, “Sekarang suruhlah ia membalas keterlanjuran anda dan berilah ia kesempatan untuk melakukan qishash!”

Sang amir tunduk dan bersedia…, hanya si terhukum berlapang dada dan memberinya maaf. Penciuman Miqdad mengenai gentingnya suasana, dan geagungan agama yang telah memberikan kepada mereka kebesaran ini, hingga katanya seakan-akan berdendang: “Biar saya mati, asal Islam tetap jaya…!

Hingga layaklah ia memperoleh kehormatan dari Rasulullah SAW menerima ucapan berikut, “Sungguh, Allah telah menyuruhku untuk mencintaimu, dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa Ia mencintaimu.”
Ya Allah bangkitkanlah dari antara kami dan anak-anak cucu kami Miqdad-Miqdad pahlawan, pejuang dan pembela agama-Mu, amin.
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Khalid Muh. Khalid

Sumber daripada tarbiyahislam.wordpress.com

Bersabarlah, di sebalik kesabaran ada hikmahnya. Setiap hikmah adalah daripada Rabbul Jalil.

Tuesday, November 27, 2007

Hanya Cinta Menuju Rindu I

Love, like a river, will cut a new pathwhenever it meets an obstacle.- Crystal Middlemas -


Bersabarlah, di sebalik kesabaran ada hikmahnya. Setiap hikmah adalah daripada Rabbul Jalil.

Monday, November 19, 2007

Persedian Perkahwinan

Hari perkahwinan sudah makin hampir, pejam celik-pejam celik sudah tinggal beberapa hari lagi, Tidur tak lena, mandi tak basah, makan makin lalu.

Pagi tadi baru teringant bunga telur tak beli lagi, sampin yang ditempah ala-ala Engku Imran belum siap lagi, baju Melayu ditempah belum juga siap seperti yang dijanjikan. Harap-harap ini bukan tradisi peniaga Melayu.

Ada kawan-kawan, sahabat karib bertanya, macam mana dengan persiapan kahwin?

Saya jawab, "Hampir siap, rumah sedang dicat, baju-baju pengantin tidak disewa tatapi tempah sendiri sebab tu lambat sikit".

Sekarang ini bermain dalam fikiran nak pakai tengkolok ke songkok hitam? nak pakai baju songket ke tak nak pakai, nak pakai songket kena sewa pulak, sedangkan baju pengantin dah ada empat persalinan semuanya reka sendiri. Pikir balik tak jadi sewa, malah rantai pun tak pakai entahlah rasanya bukan dari budaya Islam memakainya.

Begitulah proses jika nak uruskan majlis perjahwinan kita.


Bersabarlah, di sebalik kesabaran ada hikmahnya. Setiap hikmah adalah daripada Rabbul Jalil.

Lain Gelanggang Lain Permainannya

Berdasarkan apa yang hendak saya perkatakan pada kali ini ialah berdasarkan apa yang saya sampaikan pada tazkirah pagi semalam. Sebenarnya jadual saya bagi sesi tazkirah pagi Ahad lambat lagi malah masuk tahun baru kena giliran saya. Tapi tak mengapa atas dasar tolong-menolong ini aya sudi menggantikan pentazkirah yang telah ditetapkan.


Apabila saya mengutarakan beberapa hukum hakam yang masih menjadi kabur, ada dikalangan mereka ini berasa tidak puas hati, namun tidak mengapa kita masih lagi diberi masa dan waktu untuk memulakan perbincangan.

Wallahua'lam.

Wednesday, November 14, 2007

Positif bila kita to be positif

Sebagai satu permulaan untuk menulis satu tajuk sudah lama hendak menulis. Tajuk ini sebenarnya berkaitan rapat dengan pengalaman peribadi. Bermula bertugas sebagai seorang imam ini memeang banyak cabaran daripada dalam dan luar.

Saya inigin berkongsi satu pengalaman yang mana mungkin rasanya setiapa orang sudah mengalami dan mempunyai pemahaman masing-masing. Apa kaitan tajuk ini dengan pengalaman hidup saya?

Hanya sedikit untuk dikongsikan bersama saudara sekalian. Untuk menjadi seorang yang positif dalam hidup, kita perlu mempunyai beberapa faktor untu kita berindak, berfikir, dan memahami secara positif. Berdasarkan kajian, pertamanya perlu banyak membaca bahan-bahan bacaan yang beroriantasikan positif maksudnya di sini jangan membaca bahan bacaan yang tidak mempunyai faedah seperti bahan bacaan lucah. Ini faktor yang perlu diberi perhatian.

Faktor yang ke dua ialah persekitaran. Jika seorang pelajar perlu mencari persekitaran yang boleh membentuk jiwa dan rohaninya kepada ketenangan supaya mudah belajar dan memahami sesuatu apa yang kita pelajari. Jika persekitaran tidak membantu seperti tidak ada ketenangan untuk belajar, contohnya belajar di tempat yang bising dan tidak sesuai dengan pelajar.

Faktor yang ke tiga, kawan mempunyai peranan penting dalam memposotifkan kita. Kawan juga akan membaiki kefahaman kita terhadap sesuatu isu. Kawan juga perlu untuk menegur jika kesalahan apa yang kita lakukan. Ini pengalaman yang saya dapati di UiTM Kelantan bertemu dengan kawan -kawan yang sentiasa proaktif dan bos-bos yang sentiasa memberi galakan dan peluang untuk mencuba. Inilah faktor yang boleh mengekalkan saya di UiTM Kelantan ini.

Oleh itu kita perlu bijak untuk mencari kawan yang sesuai dengan diri dan kehendak kita. Jangan mencari kawan yang boleh menjerumuskan kita ke arah lembah kerosakan. Ini perlu dielakkan.

Wallahua'lam.

Lambat ke Cepat?

Hari ni sudah masuk hari ke tiga puluh tempoh menunngu untuk diijabkabulkan. Rasa debar hati makin terasa, tidor malam sering terjaga, bila bekerja berfikir macam-macam ada.

Beginikah perasaan kita semasa menunngu saat hendak berkahwin? Bila bertemu kawan yang sudah berkahwin rasa ok plak. Biala memikirkan tantang diri sendiri lain macam plak rasanya.

Nafsu menulis blog pun dah makin terhapus. Macam mana nak buat ni.. pikir seorang diri.

Wednesday, November 7, 2007

Satu Penantian

Alhamdulillah, syukur kepada Allah s.w.t. limpah kurniai-Nya dapat menulis kembali setelah ampir satu bulan tidak menulis, walaupun tulisan ini adalah untuk tatapan peribadi dan keluarga.

Satu saat, satu minit, satu satu jam, satu hari akan ku nantikan saat indah ini, saat-saat yang dinantikan oleh semua insan di muka bumi ini. Saat ini adalah tarikh perkahwinan yang dilangsungkan lebih kurang 36 hari dari hari ini.

Rasa badan sejuk panas, pemikiran kadang kala sesak dengan trafik-trafik mengundang kelemahan akal. Namun akan ku tunggu jua saat ini. Walaupun sekarang ini hanyalah merenung masa, bertanya sendiri, bertanya kawan, dan semua yang hampir dengan diri ini.

Beginikah sikap dan akal kita terjadi ketika saat dan waktunya hampir tiba? Aduh kepada siapa harus aku bertanya, kepada siapa aku harus bersoal jawab, kepada siapa harus aku menerima nasihat. Pening kepala.

Ya Allah Berkatilah Hamba Mu ini,